Kamis, 24 Oktober 2013

Shahabatku, kapan Nikmat Shalat Tertanam dalam Hatimu..

Salah seorang salaf mengatakan,
Selama empat puluh tahun, adzan tidak pernah dikumandangkan, melainkan Sa’id bin al-Musayyib telah berada di mesjid sebelumnya.
-----
‘Umar pingsan ketika ia ditikam, dan berdasarkan al-muswar bin makhramah, (bahwa ia berkata) “tidak ada yang dapat membangunkannya kecuali adzan, jika ia masih hidup”. Mereka mengatakan kepadanya,“Sholat telah usai, hai amirul mukminin!”
Maka ia bangun dan mengatakan,
“Sholatlah, demi Allah! sesungguhnya tidak ada bagian dalam islam bagi siapa saja yang meninggalkan sholat.”
(al-muswar berkata) “Dia menunaikan sholat sedangkan luka yang dideritanya mengucurkan darah.”
-----
Setelah Ar-Rabi’ bin Khaytham lumpuh, ia masih tetap pergi ke mesjid dengan dibantu dua orang lelaki. Dikatakan kepadanya:
“Hai Abu Yazid! Kamu memiliki udzur untuk mendirikan sholat di rumahmu.” Ia menjawab:“Benar, tapi aku mendengar ajakan “hayya ‘alal falaah” (marilah kita menuju kemenangan), dan aku kira, bagi siapa yang mendengar hal ini, seharusnya menjawabnya walaupun dengan merangkak!”
-----
Adi bin Hatim (radhiallohu ‘anhu) mengatakan:
“Setiap kali datang waktu sholat, maka ia mendatangiku ketika aku bersemangat melakukannya dan aku siap untuk melakukannya (telah menyempurnakan wudhu).
-----
Abu Bakar bin Abdulloh Al-Muzani mengatakan,
“Siapa yang sepertimu, Hai Anak Adam, kapanpun kamu mengharapkan sesuatu, gunakanlah air untuk berwudhu, pergilah ke tempat shalat(mu) dan kemudian rasakanlah kehadiran Rabb-mu tanpa adanya penerjemah atau halangan antara dirimu dan diriNya.”
-----
Abul Aliyah mengatakan,
“Aku akan bepergian beberapa hari untuk menemui seseorang, dan yang pertama kali akan kulihat darinya yaitu sholatnya. Jika ia mendirikan sholat dengan sempurna dan tepat waktu, maka aku akan bersamanya, dan mengambil ilmu darinya. Jika kutemukan ia tidak memperdulikan sholat, maka aku akan meninggalkannya dan mengatakan kepada diriku bahwa selain daripada itu (sholat), pastilah dia lebih tidak peduli lagi”
-----
Salah seorang salaf mengatakan,
Ketika Ali bin Al-Husain menyempurnakan wudhunya, rona- wajahnya berubah. Maka keluarganya menannyakan kepadanya tentang hal ini, maka ia menjawab,
“Tahukah kamu Siapa yang kelak akan ku temui?”
-----
Yazid bin Abdulloh ditanya, ”
Apakah sebaiknya kita menambahkan atap kepada mesjid kita ini?” maka ia menjawab, “murnikanlah hatimu maka mesjidmu akan mencukupkanmu”
-----
Adi bin Hatim (radhiallohu ‘anhu) mengatakan,
“Sejak aku menjadi seorang muslim, aku selalu memastikan bahwa aku telah berwudhu ketika adzan dikumandangkan”
(aP)
0